Mengenai Saya

Foto saya
"KATAKAN YANG KAMU LAKUKAN, LAKUKAN APA YANG KAMU KATAKAN" KONSEP KEJUJURAN, DISIPLIN DAN KONSISTENSI

HONDA STUDENT SKILL CONTEST Jember 2009

Honda Student Skill Contes
Di Kota Jember 16 Mei 2009 

Adalah ajang uji skill siswa SMK Negeri maupun Swasta, Utamanya Teknik Otomotif, yang di ikuti siswa jurusan teknik kendaraan ringan maupun teknik sepeda motor sekarisidenan basuki dan kabupaten wilayah timur kota Surabaya. Pada saat itu SMK Negeri Kalibaru Mendapatkan Juara II dan akhirnya mengikutu Babak final Tingkat Propinsi di Surabaya.

Berpose Bersama Para Guru Pembimbing
Mencari Troble Shoting
Saat Sedang Dalam Proses Perlombaan

Pengumumam Pemenang dan Pembagian Hadiah

 Merayakan Kemenangan Lomba HSSC di Jember



SMK MUHAMMADIYAH 4 GLENMORE BANYWANGI

PERSIAPAN
UKK SMK MUHAMMADIYAH 4 GLENMORE 2009/2010

UKK SMK MUHAMMADIYAH 4 GLENMORE 2009/2010
UJI PRAKTEK TRANSMISI
UKK SMK MUHAMMADIYAH 4 GLENMORE 2009/2010
UJI PRAKTEK TUNE-UP

KEPALA SMK MUHAMMADIYAH 4 GLENMORE & PANITIA
UKK 2009/2010

SMK MUH 4 Glenmore bertempat di Jl. Pasar no. 45 sebelah selatan pasr Glenmore, Kecamata, Kabupaten Banuwangi, Jawa Timur. Berdiri Sejak Tahun 1982 Dengan Nama SMEA MUH 4 Glenmore. Pada saat itu memiliki 2 jurusan yakni Akuntansi dan Bisnis Manajemen. Pada Tahun 2006 Setelah ada perubahan istilah dari SMEA, STM dan Sekolah Menengah Kejuruan yang lain Dirubah nama Menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Dengan harapan Pemerintah agar Sekolah Lebih Fleksible dalam membuka jurusan baru Sehingga  jurusan yang di miliki oleh SMK bisa menjadi lebih komplek...............Tunggu ya akan saya lanjutkan d kemudian hari 


Contoh RPP Chassis Otomotif

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : ( PRODUKTIF ) CHASIS
Kelas/Semester : XI / GANJIL
Pertemuan : 1, 2
Alokasi Waktu : 8 x 45

Standar Kompetensi :
- Pemeliharaan / servis unit kopling dan komponen – komponennya
Kompetensi Dasar
- Memelihara/ servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian.
Indikator
- Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen kopling
- Siswa dapat menghapal komponen komponen kopling
- Siswa dapat mempraktekkan cara pemeliharaan unit kopling dan komponen - komponennya.
Kode Kompetensi
- OPKR – 30 – 001B
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen dari kopling
2. Siswa dapat menghapal komponen komponen dari kopling
3. Siswa dapat mempraktekkan cara pemeliharaan unit kopling dan komponen - komponennya.
II. Materi Ajar
- Memelihara/ servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian.
III. Metode Pembelajaran
- Teori
- Praktek
IV. Langkah – langkah pembelajaran
A. Kegiatan Awal
- Guru menyampaikan salam dan siswa menjawab salam
- Guru mengucapkan basmallah
- Guru melakukan presensi siswa
- Guru melakukan pengelolaan kelas agar siswa siap menerima pelajaran
- Guru mengulas secara global materi yang telah disampaikan
B. Kegiatan Inti
• Guru mengorganisir kelas untuk belajar dan menyampaikan target belajar yang harus dicapai.
• Guru memberikan pertanyaan dengan menunjukkan benda- benda yang berhubungan dengan pemeliharaan kopling dan komponen - komponennya.
• Siswa merespon dari pertanyaan guru
• Siswa dapat mengetahui nama-nama komponen – komponen dari kopling.
• Siswa melaksanakan praktek pemeliharaan/servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian (mekanisme penggerak mekanis, hidrolis dan peneumatis )
C. Kegiatan Penutup
• Guru menilai tugas praktek siswa.
• Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
• Guru mengucapkan tahmid dan menyampaikan salam.
• Siswa menjawab salam.
V. Alat /Bahan/ Sumber belajar
• Peralatan tangan/hand tools, pelumas yang sesuai dengan peralatan dan peralatan khusus/special tools
• Katrol, perlengkapan pengangkatan, peralatan bertenaga/power tools, dongkrak/jack stand
• Modul Pembelajaran


VI. Penilaian
a. Jenis tes
• Tes Tulis
• Tes Lisan
• Tes Praktek
b. Bentuk Tes
• Tes Tulis : Soal
• Tes lisan : Quisioner
• Tes Praktek : kompetensi Individu
c. Alat Tes ( Penskoran )
• Tes Tulis : Lembar Soal
• Tes Lisan : Quisioner
• Tes Praktek : Mobil intruksi
Komponen – komponen kopling


Wk. Kur / Kaprog Teknik Mekanik Otomotif                                            Guru Mata Diklat





         EKO WAHYUDIONO, S.Pd                                                      AGUS TRIONO, S.Pd., ST

Mengetahui
Kepala Sekolah,





SRI HIDAYATI ,S.Pd
NIP : 131 474 414


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran          : ( PRODUKTIF ) CHASIS
Kelas/Semester          : XI / GANJIL
Pertemuan                 : 1, 2

Alokasi Waktu           : 8 x 45

                         

Standar Kompetensi    :

-          Perbaikan kopling dan komponen – komponennya.

Kompetensi Dasar

-          Melepas/ mengganti unit kopling dan komponen-komponen-nya.
-          Mempraktekkan cara Membongkar/ mem-perbaiki komponen-komponen sistem pengoperasian kopling

Indikator

-          Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen dari kopling
-          Siswa dapat menghapal komponen komponen dari kopling
-          Siswa dapat mempraktekkan cara membongkar dan memperbaiki kopling dan komponen - komponennya.
Kode Kompetensi     
-          OPKR – 30 – 002B

I  Tujuan Pembelajaran

-          Siswa dapat menyebutkan komponen – komponen dari kopling
-          Siswa dapat menghapal komponen komponen dari kopling
-          Siswa dapat mempraktekkan cara membongkar dan memperbaiki kopling dan komponen - komponennya.

II  Materi Ajar

-          Melepas/ mengganti unit kopling dan komponen-komponen-nya.
-          Mempraktekkan cara Membongkar/ mem-perbaiki komponen-komponen sistem pengoperasian kopling

III  Metode Pembelajaran

-           Teori
-          Praktek

IV  Langkah – langkah  pembelajaran

§  Kegiatan Awal

-          Guru menyampaikan salam dan siswa menjawab salam
-          Guru mengucapkan basmallah
-          Guru melakukan presensi siswa
-          Guru melakukan pengelolaan kelas agar siswa siap menerima pelajaran
-          Guru mengulas secara global materi yang telah disampaikan

§  Kegiatan Inti

·         Guru mengorganisir kelas untuk belajar dan menyampaikan target belajar yang harus dicapai.
·         Guru memberikan pertanyaan dengan menunjukkan benda- benda yang berhubungan dengan perbaikan kopling dan komponen - komponennya.
·         Siswa merespon dari pertanyaan guru
·         Siswa melepasan dan pengganti-an kopling dan komponen-komponennya dilaksanakan tanpa menyebabkan keru-sakan terhadap komponen/ sistem lainnya.
·         Siswa dapat membongkar dan perbaiki kopling tanpa menyebabkan kerusakan terhadap komponen/sistem lainnya.
§  Kegiatan Penutup
·         Guru menilai tugas praktek siswa.
·         Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
·         Guru mengucapkan tahmid dan menyampaikan salam.
·         Siswa menjawab salam.

V  Alat /Bahan/ Sumber  Belajar

·         Peralatan tangan, jack stands, perlengkapan pengangkat, peralatan pelurus pemasang kopling
·         Katrol, peralatan bertenaga/power tools, mesin pres
·         Modul Pembelajaran
VI  Penilaian
§  Jenis tes
·         Tes Tulis
·         Tes Lisan
·         Tes Praktek
§  Bentuk Tes
·         Tes Tulis          : Soal
·         Tes lisan          : Quisioner
·         Tes Praktek     : kompetensi Individu
§  Alat Tes ( Penskoran )
·         Tes Tulis          : Lembar Soal
·         Tes Lisan         : Quisioner
·         Tes Praktek     : Mobil intruksi
  Komponen – komponen kopling

Wk. Kur / Kaprog Teknik Mekanik Otomotif                                            Guru Mata Diklat






         EKO WAHYUDIONO, S.Pd                                                      AGUS TRIONO, S.Pd., ST



Mengetahui
Kepala Sekolah,





SRI HIDAYATI ,S.Pd
NIP : 131 474 414


PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


PTK
( Penelitian Tindakan Kelas )

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA TENTANG “ SISTEM POLITIK DI INDONESIA “  DI KELAS X JURUSAN BUDIDAYA TERNAK DI SMK NEGERI KALIBARU ”

Oleh:
AGUS TRIONO, S.Pd,.ST.

BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR  BELAKANG MASALAH
Pendidikan, sebagai sebuah sistem dibangun oleh unsur-unsur yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun secara singkat dapat dijelaskan bahwa pendidikan terdiri dari input, proses dan output. Sangat tidak mungkin bagi penulis untuk menjelaskan semuanya karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana. Oleh karenanya, penulis akan membahas tentang proses yang di dalamnya juga terdiri berbagai macam unsur pembangun pendidikan yang sebenarnya di lingkuang sekolah. Perlu penulis jelaskan sedikit bahwa proses terdiri dari kurikulum, metode, pengajaran, pembelajaran, materi, guru dan lain-lain. Agar penulisan penelitian ini lebih terfokus, maka penulis akan menguraikan tentang pembelajaran.
Pembalajaran merupakan tonggak dasar bagi keberhasilan sebuah proses pendidikan, sebab melalui pembalajaranlah usaha sadar untuk menjadikan manusia lebih baik dilaksanakan. Oleh karenanya, stakeholder di bidang pendidikan baik tingkat kabupaten, kecamatan dan desa benar-benar memperhatikan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sebuah lembaga pendidikan. Sebab selama ini pembelajaran dilaksanakan secara monoton tanpa variasi, akibatnya adalah murid menganggap bahwa belajar sebagai beban bukan sebagai kebutuhan. Padahal pembelajaran adalah usaha sadar manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah belajar orang lain secara khusus membantu atau memfasilitasi si belajar agar ia belajar dengan mudah (Gange & Briggs, 1979). Jadi pembelajaran seharusnya mempermudah untuk belajar, akan tetapi hal itu tidak terjadi. Bagaimana murid akan menjadikan belajar mudah jika belajar sudah dianggap sebagai beban.
Fenomena ini terjadi di semua tingkat pendidikan, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sehingga bisa dikatakan bahwa sistem pembelajaran kita masih jauh dari harapan. Menurut penulis hal itu terjadi karena pola pembelajaran yang berpusat pada guru. Pola ini meniscayakan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, akibatnya murid menjadi sangat tergantung pada guru, seperti apapun kualitas dan keadaannya. Kondisi seperti ini akan semakin parah jika guru tersebut tidak mengerti tentang arti penting sebuah pembelajaran dan bagaimana harus dilaksanakan.
Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa siswa menjadi tidak termotivasi dalam belajar, motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri siswa untuk melakukan belajar. Untuk memperoleh hasil pembelajaran secara maksimal, maka motivasi siswa perlu dipupuk dan dikembangkan. Dengan pola pembelajaran yang baik dapat memupuk dan mengembangkan motivasi belajar, yang pada akhirnya menjadikan belajar sebagai sebuah hobi dan kesenangan bagi siswa, bukan malah menjadi beban. Sebab para siswa mendapat kekuatan dari dalam dirinya yang meniscayakan bahwa belajar adalah suatu kebutuhan.
Untuk mengubah pola pembelajaran yang selama ini dilakukan, yaitu pola pembelajaran yang berpusat pada guru, maka penulis mencoba melakukan perbaikan pola pembelajaran pada murid di SMKN Kalibaru. Setelah dirasakan manfaatnya, penulis dengan konsisten melakukan pola pembelajaran yang berpusat pada murid, namun belum secara utuh dapat mengantarkan pemahaman yang utuh tentang manfaat dari perbaikan yang dimaksud. Oleh karenanya, penulis mencoba melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Tanya Jawab untuk meningkatkan Prestasi Siswa tentang “ SISTEM POLITIK DI INDONESIA “  di kelas X Jurusan Budidaya Ternak di SMK Negeri Kalibaru”
B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat diambil suatu perumusan masalah penelitian yakni sebagai berikut:
Seberapa besar pengaruh Penerapan Metode Tanya jawab terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Budidaya Ternak di SMK Negeri Kalibaru ”

C.   Tujuan Perbaikan
Seiring dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh Seberapa besar pengaruh Penerapan Metode Tanya jawab terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Budidaya Ternak SMK Negeri Kalibaru”

D.    Manfaat Perbaikan
Hasil tindakan perbaikan  pembelajaran  yang dilaksanakan  dengan berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi manfaat sebagai berikut:
  • Bagi Guru Sebagai Peneliti
Secara umum, tindakan perbaikan pembelajaran ini beserta hasil-hasil yang didapat, diharapkan dapat menjadi kekuatan pendorong yang kuat bagi peneliti untuk tumbuh dan berkembang menjadi guru profesional, yang mampu menerapkan kaidah PTK dalam rangka mengatasi  kelemahan/permasalahan pembelajaran dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini adalah :
  1. Memberikan tambahan pengalaman tentang cara menemukan kelemahan/masalah dalam pembelajaran melalui refleksi.
  2. Memberikan tambahann pengalaman dalam rangka meningkatkan  kualitas pembelajaran secara ilmiah berdasarkan PTK.
  3. Menambah kemantapan  dan rasa percaya diri  dalam mengelola pembelajaran.
  4. Memberikan tambahan wacana   tentang alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa .

  • Bagi Siswa
Bagi siswa kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan
dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan  dengan berlandaskan kaidah PTK ini adalah :
  1. Memperbaiki belajar siswa yang diakibatkan oleh adanya kesalahan praktek pembelajaran guru dalam proses pembelajaran guru.
  2. Meningkatkan kemampuan siswa . khususnya dalam memahami materi yang dipelajari
  3. Memotivasi siswa dalam  belajar  karena sebenarnya yang dipelajari adalah kedekatan mereka dengan lingkungan belajar.

  • Bagi Sekolah.
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberiakan kontribusi yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang diantaranya:
1.      Makin meningkatnya profesional  para gurunya.
2.      Meningkatnya kualitas  proses dan hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teoretis Tentang Integrasi Metode Tanya Jawab
1.    Mengenal Integrasi Metode Tanya Jawab
Pendekatan dalam mengajar umumnya menempuh dua macam cara, yaitu memberikan stimulasi dan mengadakan pengarahan aktifitas belajar. Demikian pula, apabila guru memberikan pertanyaan atau siswa membuat pertanyaan, berarti memberikan stimulasi kepada siswa yang belajar dan jawabannya merupakan pengarahan aktifitas belajar mereka. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan metode tanya jawab dalam mengajar dan belajar adalah penggunaan pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya merupakan pengarahan  dalam aktifitas belajar murid-murid. Sebagai metode mengajar seharusnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa disusun sedemikian rupa, sehingga pertanyaan yang satu mempunyai hubungan dengan pertanyaan yang lainnya. Untuk itu perlulah pertanyaan-pertanyaan disusun sekitar kesatuan bahan pelajaran.
Dalam melaksanakan metode tanya jawab, pertanyaan dapat diajukan oleh guru atau murid dan demikian pula jawabannya dapat diberikan oleh guru atau murid. Dengan kata lain, guru bertanya siswa menjawab, siswa bertanya guru menjawab, atau siswa yang satu bertanya dan siswa yang lain menjawab.
Sedangkan metode diskusi adalah percakapan ilmiyah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Jika demikian, musyawarah atau diskusilah jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Metode diskusi dalam proses belajar mengajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian, inti dari pengertian metode diskusi adalah meeting of minds. Di dalam memecahkan masalah diperlukan macam-macam jawaban. Dari jawaban-jawaban tersebut dipilihlah satu jawaban yang lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mempunyai argumentasi lemah. Memang dalam diskusi, untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.
Dari berbagai penjelasan di atas, maka integrasi metode tanya jawab dan diskusi adalah penggunaan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus untuk merangsang kemauan belajar siswa yang diarahkan agar terkumpulnya gagasan-gagasan yang segar dari para siswa. Penggunaan integrasi terhadap metode ini meniscayakan adanya suatu permasalahan dalam belajar, karenanya materi dirancang untuk menjadi suatu permasalahan yang debatable sehingga dapat merangsang para siswa untuk mengajukan pendapat-pendapatnya dalam ikut berpartisipasi memecahkan persoalan yang ada.
2.    Kelebihan Metode Tanya jawab
a.        Kelebihan metode tanya jawab
-          Guru dapat segera mengetahui bahan pelajaran yang masih kabur atau belum dipelajari oleh siswa.
-          Baik sekali untuk melatih murid agar berani mengembangkan pendapatnya dengan lisan secara teratur.
-          Murid-murid dapat menanyakan langsung kepada guru tentang bahan pelajaran yang sulit. Ini sesuai dengan konsep belajar di mana murid-murid perlu aktif serta sesuai pula dengan sistem belajar yang berpusat pada murid (student centered).
-          Kelas akan hidup karena murid aktif berpikir dan menyampaikan pikirannya melalui berbicara dan murid menjawab atau memberikan penjelasan. Ini berarti terdapat komunikasi dua arah.
-          Murid-murid dilatih berpikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali.
-          Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan lain sebagainya.
-          Berguna dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam alam demokrasi.
-          Merupakan latihan untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah.
3.    Kelemahan Metode Tanya Jawab
a.     Metode Tanya Jawab
-  Waktu yang digunakan kadang-kadang tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh, karena apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu terpakai untuk menyelesaikannya.
-  Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian dari pokok permasalahan, terutama bila terdapat jawaban-jawaban yang menarik perhatian, tetapi buka sasaran yang dituju.
-  Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kadang-kadang hanya terdiri dari beberapa aspek bahan pelajaran, sehingga tidak menggambarkan keseluruhan atau kesatuan bahan pelajaran.
4.    Mengatasi Kelemahan-Kelemahan Metode Tanya Jawab
a.   Metode Tanya Jawab
-   Guru perlu menyusun keseluruhan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dan juga pertanyaan-pertanyaan siswa. Dengan demikian guru mempunyai gambaran tentang keseluruhan pertanyaan tersebut. Ini dapat pula dijadikan pegangan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup seluruh bahan pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru atau murid harus memenuhi syarat-syarat antara lain; pertanyaan yang diajukan harus jelas dan mudah dipahami, pertanyaan yang diajukan sesederhana mungkin sesuai dengan penguasaan murid terhadap materi dan bahasa, pertanyaan harus dapat merangsang murid untuk memikirkan jawabannya, pertanyaan yang diajukan harus memiliki jawban yang pasti.
-   Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dan guru tidak boleh melenceng dari pokok permasalahan, karena bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang utuh terhadap materi.
-    Penerapan metode ini harus memperhatikan taraf kemampuan murid, keterlibatan guru pada masalah-masalah yang sulit dipecahkan.
-    Guru mengusahakan seluruh murid  ikut berpartisipasi dalam Tanya jawab.
-    Diusahakan supaya murid mendapat giliran berbicara dan murid lain belajar bersabar mendengarkan pendapat temannya.
5.    Upaya Integrasi Metode Tanya Jawab
Integrasi adalah penggabungan dengan saling melengkapi antara kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dari kedua macam metode tersebut adalah pada upaya untuk mengeksploitasi kemampuan kognitif murid hingga mencapai puncak kematangan, dalam metode tanya jawab murid diberi kesempatan untuk mencari jawaban sesuai dengan pengetahuannya sehingga para siswa menjadi terlatih untuk berpikir mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
Namun demikian kelemahan yang sangat mencolok dari penggunaan  metode ini adalah kemungkinan tidak terkontrolnya suasana belajar, baik dari sisi ketertiban murid maupun kemungkinan materi melenceng dari pokok bahasan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, peran guru sangat urgen agar manfaat dari integrasi kedua metode itu dapat dirasakan secara maksimal. Jadi sejak awal pelajaran dimulai guru harus menggunakan tenaga ekstra melakukan kontrol terhadap penciptaan suasana belajar yang kondusif bagi terlaksananya penggunaan integrasi  metode dimaksud.
B.     Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar i adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok (Djamarah, 1994:19). Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh dengan perjuangan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi harus dengan jalan keuletan usaha.
Mas’ud Khasan Abdul Qahar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sementara Nasrul Harahap dan kawan-kawan, memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan WJS. Poerwadarminta memberi pengertian bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (Djamarah, 1994:20).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu (Djamarah, 1994:21).
Setelah menelusuri uraian diatas, dan setelah membahas masalah belajar di sub pertama maka dapat dipahami, bahwa “prestasi belajar” adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar (Djamarah, 1994:23)
Kriteria Prestasi Belajar
Untuk mengetahui kriteria prestasi belajar, atau mengetahui baik, cukup, dan kurangnya seseorang dalam prestasinya, maka salah satunya harus menggunakan profil prestasi belajar, atau batasan prestasi belajar yang telah dirumuskan dan disepakati. Profil prestasi belajar juga adalah salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka menganalisis hasil belajar peserta didik dengan memvisualisasikan hasil belajar tersebut kedalam bentuk lukisan grafis. Dengan memperhatikan lukisan grafis itu, pendidik akan memperoleh gambaran secara visual mengenai perkembangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didiknya, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Lukisan grafis yang menggambarkan prestasi belajar peserta didik itulah sering dikenal dengan istilah profil prestasi belajar.
Jadi profil prestasi belajar adalah suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk melukiskan prestasi belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baik dalam satu waktu maupun dalam deretan waktu tertentu” (Sudijono, 1998:461).
Profil prestasi belajar peserta didik pada umumnya dituangkan dalam bentuk diagram batang (grafik balok = barchart), atau dalam bentuk diagram garis. Dalam hubungan ini, pada sumbu horizontal grafik (abscis) ditempatkan gejala-gejala yang akan dilukiskan grafiknya, seperti mata pelajaran atau bidang studi tertentu, atau gejala-gejala psikologis lainnya. Sedangkan pada sumbu vertikal (ordinal) dicantumkan angka-angka yang melambangkan frekuensi, persentase, angka rata-rata dan sebagainya.
Pembuatan profil prestasi belajar itu antara lain memiliki kegunaan sebagai berikut:
a.         Untuk melukiskan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, dalam satu bidang studi atau dalam beberapa jenis bidang studi.
b.        Untuk melukiskan perkembangan prestasi belajar peserta didik secara individual maupun secara kolektif dalam beberapa priode tes, pada satu bidang studi.
c.         Untuk melukiskan prestasi belajar pesrta didik dalam beberapa aspek psikologis dari suatu bidang studi.
Selain menggunakan profil prestasi belajar untuk mengetahui prestasi belajar, penggunaan Penilaian Acuan Patokan (PAP) juga bisa dilakukan, karena PAP ini mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (intruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (intruksional) yang telah ditetapkan. Misalnya di IKIP Jakarta dewasa ini berlaku kriteria atau patokan penilaian dengan persentase dengan skala nilai 0 – 100. Mahasiswa yang memperoleh nilai (angka) 70 berarti ia dianggap telah memiliki kurang lebih 70% kemampuan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai mata kuliah yang bersangkutan. Kemudian nilai atau angka ini ditansformasikan ke dalam nilai huruf dengan kriteria tertentu pula seperti: nilai angka 70 – 79 ditransformasikan menjadi nilai B; nilai angka 55 – 61 menjadi nilai C+; nilai 37 – 44 menjadi nilai C-, dan sebagainya. Jadi batas kelulusan atau prestasi seseorang dalam belajarnya tergantung dari ketetapan atau kebijakan lembaga masing-masing yang menetapkan batas kelulusan atau prestasi belajar.  
Ada juga yang mengunakan teknik Penilaian Acuan Norma (PAN), yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan “norma” dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok, sedangkan yang dimaksud dengan “kelompok” di sini adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Jadi pengertian “kelompok” yang dimaksud dapat berarti sejumlah siswa dalam suatu kelas, sekolah, rayon, dan propinsi atau wilayah. Nilai PAN pada dasarnya untuk membantu nilai-nilai yang kecil agar bisa diperbesar.
Pada dasarnya kedua jenis acuan penilaian tersebut memiliki perbedaan antara lain:
a.         Kriteria atau patokan yang digunakan PAP bersifat mutlak sedangkan PAN menggunakan kreteria bersifat relatif, dalam arti tidak tetap atau selalu berubah-ubah, disesuaikan dengan kondisi pada waktu itu.
b.         Nilai dari hasil PAP dijadikan indikator untuk mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran tertentu, sedangkan nilai hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan siswa di dalam peringkat kelompoknya (Purwanto, 2000:79).  
Untuk dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa dengan baik, prosedur penilaian juga dapat dilakukan. Dari mulai prosedur penilaian yang paling sederhana sampai kepada yang lebih rumit. Prosedur penilaian ada beberapa macam misalnya:
a.         Prosedur penilaian yang paling sederhana
Prosedur ini tidak membedakan dengan jelas adanya dua fase yaitu fase pengukuran dan penilaian.
b.         Prosedur yang memisahkan fase penilaian dan pengukuran.
c.         Prosedur penilaian dengan menggunakan persentase (%)
Prosedur ini banyak digunakan karena dianggap lebih sederhana dan praktis. Penilaian  dengan persentase ini umumnya dikaitkan dengan skala penilaian 0 – 10 atau 0 – 100, dengan langsung mentransformasikan persentase yang dimaksud menjadi nilai, misalnya 50% benar sama dengan nilai 5 (dalam skala penilaian 0–10) atau 50 (dalam skala penilaian 0 – 100).
d.        Prosedur yang menggunakan teknik statistik yang lebih kompleks
Prosedur ini dinamakan prosedur perstandarisasian dan penormalisasian. 
Jadi kesimpulannya semua metode penilaian yang diuraikan diatas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa, serta untuk menetapkan batasan-batasan hasil nilai atau skore yang diberikan kepada siswa menurut kemampuannya.
C.    Hubungan Integrasi Metode Tanya Jawab  dengan Prestasi Belajar
1.      Optimalisasi Potensi Kognitif Siswa
Sebagaimana kita ketahui tentang pengertian integrasi metode tanya jawab dan metode diskusi berdasar berbagai penjelasan di atas, maka integrasi metode tanya jawab dan diskusi adalah penggunaan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus untuk merangsang kemauan belajar siswa yang diarahkan agar terkumpulnya gagasan-gagasan yang segar dari para siswa. Penggunaan integrasi terhadap metode ini meniscayakan adanya suatu permasalahan dalam belajar, karenanya materi dirancang untuk menjadi suatu permasalahan yang debatable sehingga dapat merangsang para siswa untuk mengajukan pendapat-pendapatnya dalam ikut berpartisipasi memecahkan persoalan yang ada.
Para ahli pendidikan mengatakan bahwa pendidikan haruslah diupayakan agar anak didik siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya, hidup yang sebenarnya adalah yang penuh masalah dan tantangan. Jika pada saat pembelajaran para siswa diajarkan bagaimana memecahkan masalah dalam kelas dengan membuat pertanyaan sekaligus memilih alternatif jawaban, maka kemampuan kognitif para siswa akan terlatih. Sehingga berpikir merupakan kegiatan yang biasa dilakukan, dan karenanya anak semakin cerdas dan dapat menggunakan otaknya untuk berpikir secara sistematis dan argumentatif.
Dengan demikian, jelas sekali terlihat bahwa integrasi metode tanya jawab dan metode diskusi sangat mempengaruhi otak seseorang, dalam dunia pendidikan hal tersebut dikenal dengan istilah kognitif yaitu ranah intelek seseorang. Secara psikologis setiap orang melakukan sesuatu selalu saja dipengaruhi oleh pola pikirnya. Jika kita melihat orang yang senang bermain bola, bahkan merelakan untuk mengorbankan apa saja demi bola. Hal itu karena orang tersebut berpersepsi bahwa bola mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan baginya. Demikian halnya dengan belajar, jika anak kita biasakan untuk berpikir dan mengajukan pendapat, maka lambat laun akan tercipta para siswa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi dalam belajar secara tepat dengan potensi kognitif yang terlatih.
2.      Menumbuhkan Kreatifitas Berpikir pada Siswa
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki kedua metode pengajaran ini yang salah satunya adalah murid-murid dilatih berpikir kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali serta melatih murid agar berani mengembangkan pendapatnya dengan lisan secara teratur. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa akan berusaha untuk mencari tahu jawaban dan menggunakan jawaban tersebut untuk mengkonter atau memperbaiki jawaban yang diajukan oleh teman-temannya. Hal ini merupakan modal dasar bagi kreatifitas, sebagaimana yang dikemukakan oleh Debbi Deporter dan Mike Hernacki bahwa orang yang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain, dan intuitif (Deporter & Hernacki, 2002: 293). Integrasi metode tanya jawab dan metode diskusi meniscayakan seorang siswa untuk berusaha mencari tahu jawaban atas persoalan yang diajukan dan mencobakannya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan untuk dipecahkan.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A.    Penyajian Data

A.   Subjek   Penelitian
Penyusunan laporan penelitian ini merupakan hasil yang diperoleh dari SMK Negeri Kalibaru yang beralamatkan di Jalan Jember no. 122 Desa Kalibaru Wetan Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi, hal ini dimaksudkan sebagai bahan pembuktian yang bersifat studi terhadap usaha nyata tentang adanya korelasi Sub variabel Pengaruh kedisiplinan guru terhadap aktivitas belajar siswa  kelas XI SMK N Kalibaru Tahun Pelajaran 2007/2008.
Agar lebih jelas dan terinci dalam laporan penelitian ini disajikan berdasarkan sumber data yang ada pada SMK Negeri  Kalibaru sebagai berikut: